Pages

Like Facebook

Sunday 28 August 2016

PRASANGKA VS REALITA




Banyak dari kita ini susah membedakan yang mana sebuah prasangka dan yang mana sebuah realita. Kadang kita sering kebolak-balik, menganggap prasangka itu realita. Sebuah kisah ini mungkin akan menggambarkan bagaimana kita susah membedakan antara prasangka dan realita.

Seorang ayah dan anak laki-lakinya (23) naik kereta api. Sambil melihat keluar jendela, sang anak berkata dengan antusias, "Ayan lihat! Pohon itu seperti terbang mundur!" Sang ayah membalas dengan tersenyum. Orang di sekitar mereka saling bertukar tatapan, terkesan kasihan akan perilaku kekanakan dari sang anak. Tak lama setelah itu, sambil tersenyum sang anak berkata, "Ayah lihat! Awan itu mengejar kita!". Sang ayah tersenyum kembali. "Apakah sebaiknya anda mencarikan dokter untuk anak anda?" tanya seseorang di sekitar mereka. Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan menjawab, "Sudah kami lakukan dan kami baru saja kembali dari dokter. Anak saya buta sejak lahir dan sekarang ia sudah bisa melihat." Sontak hal ini membuat tercengan seluruh orang yang berada di gerbong kereta tersebut.

Apa yang menjadi prasangka dari cerita tersebut? Ya, betul bahwa banyak orang di kereta tersebut berprasangka bahwa si anak mempuyai keterbelakangan mental, atau mempunyai penyakit kelainan jiwa dsb. Ini baru sebatas prasangka, namun apa yang menjadi realita? Realitanya adalah si anak baru dapat melihat sejak 23 tahun kelahirannya, maka wajar jika kagum dengan fenomena-fenomena alam, bak seperti seorang bayi yang senang dengan kereta, senang dengan awan, senang dengan pepohonan. Dan semua ini menakjubkan baginya.

"Inna ba'dho dzonni itsmun." Sesungguhnya sebagian besar prasangka buruk itu dosa. Demikianlah Allah menjaga hamba-Nya agar tidak berprasangka buruk kepada sesama. Demikianlah Allah menggambarkan bagaimana dosanya berprasangka buruk kepada sesama. Maka, budaya yang harus dilestarikan adalah tabayyun (mencari penjasalan atas prasangka). Dengan membudidayakan tabayun, maka jelas sudah mana yang dimaksud dengan prasangka, dan mana yang dimaksud dengan realita. Mari kita perbaiki diri dari diri kita kemudian ke keluarga kita, menjalar ke masyarakat kita, hingga berdampak pada negara kita dan dunia kita. Karena sungguh, prasangka buruk hanya akan mematikan hati dan jiwa.

Wallahu A'lam

0 comments:

Post a Comment