Pages

Like Facebook

Tuesday 25 July 2017

Manakah Yang Durhaka?

Seorang anak menelepon ayahnya yang tinggal pisah rumah dgnnya dan ibunya.
Pagi itu, ibunya sakit dan tidak bisa mengantarnya ke sekolah seperti biasa.
Jarak sekolah 2 km dari rumahnya, dan si anak bertubuh lemah.
Pagi itu jam 6:00 si anak menelepon ayahnya:

Anak: ayah, antarkan aku sekolah.

Ayah: ibumu kemana?

Anak: ibu sakit ayah, tidak bisa mengantarkan            aku ke sekolah, Kali ini tolong ayah antarkan aku ke sekolah.

Ayah: ayah tidak bisa, ayah nanti terlambat Ke kantor. Kamu naik Angkot saja atau ojek

Anak: ayah, uang ibu hanya tinggal 10rb, ibu sakit, kami pun belum makan pagi, dan tak ada apa apa dirumah, kalau aku pakai untuk ongkos, kasian ibu sakit belum makan, juga adik2 nanti makan apa ayah?

Ayah: ya sudah, kamu jalan kaki saja ke sekolah, ayah juga dulu ke sekolah jalan kaki.
Kamu anak laki laki harus kuat.

Anak: ya sudah, terima kasih ayah.

Si anak mengakhiri teleponnya dengan sang ayah.
Dihapusnya air mata di sudut matanya, lalu berbalik masuk kamar, ketika ibunya menatap wajahnya, dia tersenyum.

Ibu: apa kata ayahmu nak?

Anak: kata ayah iya ibu, ayah kali ini yang antar aku ke sekolah.

Ibu: baguslah nak, sekolahmu jauh, kamu akan kelelahan kalau harus berjalan kaki.
Doakan ibu lekas sembuh ya, biar besok ibu bisa antar kamu ke sekolah.

Anak: iya ibu, ibu tenang saja, ayah yg antar, ayah bilang aku tunggu didepan gang supaya cepat ibu.

Ibu: berangkatlah nak, belajar yg rajin yg semangat.

Anak: iya ibu

Tahun berganti tahun, kenangan itu tertanam dalam dlm ingatan si anak.
Dia sekolah sampai pasca sarjana dengan beasiswa.
Setelah lulus dia bekerja di perusahaan asing dengan gaji yang besar.
Dengan penghasilannya, dia membiayai hidup ibunya, membantu menyekolahkan adik adiknya sampai sarjana.

Satu hari, saat di kantor ayahnya bertelepon.

Anak: ada apa ayah?

Ayah: nak, ayah sakit, tidak ada yang membantu mengantarkan ayah ke rumah sakit

Anak: memang istri ayah kemana?

Ayah: sudah pergi nak sejak ayah sakit-sakitan.

Anak: ayah, aku sedang kerja, ayah ke rumah sakit pakai taxi saja.

Ayah: kenapa kamu begitu? Siapa yg akan urus pendaftran di RS dan lain2? Apakah supir taxi? Kamu anak ayah, masakan orangtua sakit kamu tidak Mau Bantu mengurus?

Anak: ayah, bukankah ayah yang mengajarkan aku, mengurus diri sendiri? Bukankah ayah yang mengajarkan aku bahwa pekerjaan lebih penting daripada istri sakit dan anak ?

Ayah, aku masih ingat, satu pagi aku menelpon ayah minta antarkan Ke sekolahku,waktu itu ibu sakit, ibu yg selalu antarkan kami anak2nya..yang mengurus kami seorang diri, namun ayah katakan aku pergi jalan kaki saja, tubuhku lemah dan sekolahku jauh, namun ayah katakan anak laki laki harus kuat, dan ayah katakan ayahpun dulu berjalan kaki ke sekolah, maka aku belajar bhwa krn ayah lakukan demikian maka akupun harus lakukan hal yg sama.. saat aku sakitpun hanya ibu yang ada mengurusku, saat aku membutuhkan ayah, aku ingat kata kata ayah, anak laki laki harus kuat.

Ayah tau? Hari itu pertama kali aku berbohong pada ibu, aku katakan iya ayah yg akan antarkan aku ke sekolah, dan meminta aku menunggu di depan gang.
Tp ayah tau? Aku jalan kaki seperti yg ayah suruh, di tengah jalan ibu menyusul dg sepeda, ibu bisa tau aku berbohong, dengan tubuh sakitnya ibu mengayuh sepeda mengantarkan aku kesekolah.

Ayah mengajarkan aku pekerjaan adalah yg utama, ayah mengajarkan aku kalau ayah saja bisa maka walau tubuhku lemah aku harus bisa.
Kalau ayah bisa ajarkan itu, maka ayah pun harus bisa.

Si ayah terdiam.. sepi diseberang telepon.
Baru disadarinya betapa dalam luka yang di torehkannya didalam hati anaknya.

Anak adalah didikan orangtua
Bgmn kita bersikap, memperlakukan mereka kita sama saja sedang mengajarkan mereka bgmna memperlakukan kita kelak ketika kita tua dan renta.

Si anak Dosa?
Mungkin....
Si anak durhaka?
Barangkali....

Yang jelas ayahnya yg membuat anaknya demikian.
Dan kelak orangtua membuat pertangung jwbnnya masing2 kepada sang Khalik, Si Empunya Anugerah yg di titipkan kepada msing2.

Menjadi orangtua bukan krn menanamkan Benih atau karena melahirkan.

Menjadi orangtua, karena mengasuh, mendidik, menyayangi, memberi waktu, perhatian, mengayomi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang.

Menjadi orangtua, tidak ada kata pensiun..
Finishnya hanya dikematian.

0 comments:

Post a Comment